Salah satu bukti nyata adalah Heidi Hankins, seorang bayi berusia 4 tahun yang mempunyai IQ 159. Dengan IQ yang setinggi itu, kecerdasannya hampir setara dengan Albert Einstein dan Stephen Hawkings yang mempunyai IQ 160. Hal ini membuat Heidi menjadi anggota Mensa (sebuah komunitas untuk orang orang yang memiliki IQ tinggi di dunia). Penasaran dengan prestasi cemerlang yang telah dicapai Heidi? Yuk simak terus artikel berikut.
Untuk seorang balita berusia 4 tahun, Heidi telah menghasilkan berbagai prestasi cemerlang. Heidi mampu untuk berhitung sampai angka 40, membaca serta melafalkan lantunan puisi dan menggambar bentuk orang di usia 2 tahun. Lalu ketika Heidi berusia 3 tahun, ia mampu untuk berhitung penambahan dan pengurangan. Heidi juga mampu memakai kata kata seperti "impresif" (menakjubkan) ketika usianya 4 tahun dan juga memiliki selera humor yang sudah setara dengan orang dewasa.
Nilai IQ rata rata orang dewasa adalah 100, sedangkan seorang yang "berbakat" hanya memiliki IQ 130. Tapi Heidi mampu memiliki skor IQ 159 di usianya yang masih balita ini. Angka ini hanya satu poin di bawah nilai IQ dua peneliti dan ilmuwan terkenal dunia, yaitu Albert Einstein dan Stephen Hawking.
Ayah Heidi, Dr. Matthew Hankins (47 tahun) berprofesi sebagai dosen di bidang kesehatan masyarakat di University of Southampton. Sedangkan ibu Heidi, Sophie adalah seorang seniman berusia 43 tahun. Matthew Hankins mengatakan bahwa Heidi merupakan anak yang sangat cerdas karena dia sudah bisa membaca sejak usia dini. Buktinya, ketika ayahnya membelikan Heidi 1 set lengkap buku Oxford "Reading Tree", Heidi membacanya habis dalam waktu 1 jam saja. Padahal 1 set buku tersebut memiliki 30 jilid yang seharusnya untuk anak berusia 7 tahun, sedangkan usia Heidi ketika itu baru 2 tahun.
Selain itu, Matthew Hankins mengatakan bahwa Heidi selalu membuat suara – suara dan mencoba berbicara dengan jelas sejak lahir. Dan pada usia 1 tahun, kosa katanya sudah cukup bagus. Heidi benar benar berkembang lebih cepat daripada anak anak lain secara akademis, artistik, dan fisik. Padahal orang tuanya tidak mendorong Heidi sama sekali. Heidi telah menguasai semuanya sendiri dan mengajarkan dirinya sendiri.
Meskipun demikian, Heidi masihlah seperti anak anak lain pada umumnya yang masih suka bermain boneka barbie dan lego. Bedanya, Heidi senang membaca dan juga memiliki kemampuan artistik yang jauh melampaui anak anak sebayanya. Ketika berusia 14 bulan, Heidi sudah mampu menggambar pangeran dan putri serta binatang binatang, dimana anak seusianya baru mampu mencoret coret kertas. Dan di usia 18 bulan, Heidi mampu memainkan komputer untuk belajar membaca.
John Stevenage, ketua eksekutif British Mensa, mengatakan bahwa orangtua Heidi kenal benar bahwa putri mereka menunjukkan potensi yang luar biasa. John juga merasa amat senang karena orang tua Heidi memilih bergabung dengan komunitas Mensa, dengan begitu Heidi dapat diarahkan dengan benar dan didukung sepenuhnya oleh komunitas ini. Mensa juga memang bertujuan untuk menciptakan sebuah lingkungan positif bagi anak anak balita untuk tumbuh berkembang.
Untuk seorang balita berusia 4 tahun, Heidi telah menghasilkan berbagai prestasi cemerlang. Heidi mampu untuk berhitung sampai angka 40, membaca serta melafalkan lantunan puisi dan menggambar bentuk orang di usia 2 tahun. Lalu ketika Heidi berusia 3 tahun, ia mampu untuk berhitung penambahan dan pengurangan. Heidi juga mampu memakai kata kata seperti "impresif" (menakjubkan) ketika usianya 4 tahun dan juga memiliki selera humor yang sudah setara dengan orang dewasa.
Nilai IQ rata rata orang dewasa adalah 100, sedangkan seorang yang "berbakat" hanya memiliki IQ 130. Tapi Heidi mampu memiliki skor IQ 159 di usianya yang masih balita ini. Angka ini hanya satu poin di bawah nilai IQ dua peneliti dan ilmuwan terkenal dunia, yaitu Albert Einstein dan Stephen Hawking.
Ayah Heidi, Dr. Matthew Hankins (47 tahun) berprofesi sebagai dosen di bidang kesehatan masyarakat di University of Southampton. Sedangkan ibu Heidi, Sophie adalah seorang seniman berusia 43 tahun. Matthew Hankins mengatakan bahwa Heidi merupakan anak yang sangat cerdas karena dia sudah bisa membaca sejak usia dini. Buktinya, ketika ayahnya membelikan Heidi 1 set lengkap buku Oxford "Reading Tree", Heidi membacanya habis dalam waktu 1 jam saja. Padahal 1 set buku tersebut memiliki 30 jilid yang seharusnya untuk anak berusia 7 tahun, sedangkan usia Heidi ketika itu baru 2 tahun.
Selain itu, Matthew Hankins mengatakan bahwa Heidi selalu membuat suara – suara dan mencoba berbicara dengan jelas sejak lahir. Dan pada usia 1 tahun, kosa katanya sudah cukup bagus. Heidi benar benar berkembang lebih cepat daripada anak anak lain secara akademis, artistik, dan fisik. Padahal orang tuanya tidak mendorong Heidi sama sekali. Heidi telah menguasai semuanya sendiri dan mengajarkan dirinya sendiri.
Meskipun demikian, Heidi masihlah seperti anak anak lain pada umumnya yang masih suka bermain boneka barbie dan lego. Bedanya, Heidi senang membaca dan juga memiliki kemampuan artistik yang jauh melampaui anak anak sebayanya. Ketika berusia 14 bulan, Heidi sudah mampu menggambar pangeran dan putri serta binatang binatang, dimana anak seusianya baru mampu mencoret coret kertas. Dan di usia 18 bulan, Heidi mampu memainkan komputer untuk belajar membaca.
John Stevenage, ketua eksekutif British Mensa, mengatakan bahwa orangtua Heidi kenal benar bahwa putri mereka menunjukkan potensi yang luar biasa. John juga merasa amat senang karena orang tua Heidi memilih bergabung dengan komunitas Mensa, dengan begitu Heidi dapat diarahkan dengan benar dan didukung sepenuhnya oleh komunitas ini. Mensa juga memang bertujuan untuk menciptakan sebuah lingkungan positif bagi anak anak balita untuk tumbuh berkembang.
Posting Komentar